
Sangatta, Dinas kesehatan Kutai Timur mendapat kucuran Dana Alokasi Khusus (DAK) Pusat senilai Rp 3 miliar, untuk meminimalisir tingkat penderita stunting,gizi kronis pada ibu hamil dengan target pendistribusian sebanyak 21 Puskesmas di Daerah itu.
Kepala Bidang Kesmas (Kabid Kesmas) Kutim, Irma Aryani, mengemukakan sasaran diluncurkan program tersebut untuk meminimalisir angka penderita stunting.
“Program itu ditujukan khusus untuk balita malnutrisi dan ibu hamil yang kekurangan gizi kronis,” ucapnya saat ditemui beberapa waktu yang lalu.
Dinkes Kutim terus berupaya keras untuk menurunkan angka stunting.sasarnya pada anak balita hingga tahap remaja dan berlanjut pada calon pengantin. Untuk meningkatkan pemantauan pertumbuhan anak, tersebut pihaknya telah mendistribusikan beberapa alat, seperti antropometri dibeberapa titik Posyandu.
“Untuk tahun yang sudah berjalan, kita sudah mendistribusikan antroprometri di Sandaran, Telen dan selanjutnya masih proses pendistribusian,” ungkapnya.
Nantinya,Setiap Posyandu akan diberikan alat antropometri, sementara kader akan menerima pelatihan untuk meningkatkan pemahaman mereka.
“Untuk memaksimalkan setiap Posyandu mendapatkan alat antroprometr. Setelah itu ada peningkatan kapasitas penggunaan alat tersebut untuk kadernya. Setiap Posyandu terdiri dari 5 kader” paparnya.
Meskipun telah ada capaian di berbagai bidang, tingkat pemberian ASI eksklusif masih rendah, sehingga telah diadakan pelatihan konselor menyusui untuk mengatasi masalah ini.
“Dengan jumlah Posyandu sebanyak 38, nanti untuk latihan kadernya perzona tapi sudah dilaksanakan dari September,” tambahnya.
Hanya saja, tantangan yang dihadapi Dinkes saat ini yakni keterbatasan fasilitas posyandu yang sering menggunakan rumah warga. Ia berharap kiranya Pemerintah Desa ataupun Pemerintah Kabupaten untuk membangun fasilitas Posyandu yang lebih representatif dan menarik kunjungan warga.
“Ini juga yang menjadi kendala. Karena beberapa titik Posyandu yang ada belum sepenuhnya mempunyai kantor rsendiri sehingga kadang rumah warga dijadikan Posyandu,”
Terkait dengan insentif para kader, pihak Dinkes sendiri tengah berkoordinasi dengan jajaran Pemerintah Desa untuk menetapkan besaran insentif para kader.
“Rencana insentif bagi kader juga sedang dalam tahap perumusan dan akan disesuaikan dengan standar harga yang ditetapkan oleh pemerintah desa,” ucapnya.
Di sisi lain pihaknya melakukan terobosan, dengan program penjaringan anak sekolah yang melibatkan berbagai tingkatan pendidikan. Rencana kerjasama dengan Dinas Pendidikan sedang dalam proses untuk menangani anemia pada remaja melalui pemberian suplemen anemia secara rutin
“Kita juga berupaya untuk menjaring para siswa-siswi diberbagai tingkatan,tak lain untuk pencegahan dengan pemberian suplemen anemia secara kontinyu,” tutupnya
