banner 728x250 banner 728x250

DPPKB Ungkap 4 Kehamilan Berisiko yang Harus Dihindari

Sagatta – Kepala Bidang Keluarga Sejahtera (Kabid KS) Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutai Timur, Ani Saidah, menyoroti kehamilan berisiko yang harus dihindari. Dalam upaya mempromosikan keluarga sejahtera, ia menyebutkan empat jenis kehamilan yang perlu diwaspadai.

Ani mengingatkan bahwa kehamilan pertama pada usia kurang dari 21 tahun harus dihindari. Kondisi rahim dan panggul yang belum berkembang secara optimal dapat mengakibatkan berbagai komplikasi, termasuk kelahiran prematur dan risiko perdarahan yang berpotensi berakibat fatal bagi ibu dan bayi.

“Selain itu, ibu muda mungkin belum siap secara mental untuk menghadapi peran ibu dan merawat bayi dengan baik. Ini juga meningkatkan risiko kanker leher rahim,” ungkap Ani saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (31/10/2023).

Di sisi lain, ibu yang hamil pertama kali pada usia 35 tahun ke atas juga dihadapkan pada risiko yang tinggi. Ani menjelaskan bahwa kesehatan dan fungsi rahim ibu yang sudah menurun dapat menyebabkan berbagai komplikasi medis, termasuk pre eklampsi, Ketuban Pecah Dini (KPD), dan kelahiran prematur.

“Risiko kanker leher rahim juga meningkat. Kehamilan dan persalinan pada usia ini harus dihindari untuk mencegah kematian pada ibu dan bayinya,” ujarnya.

Kemudian, Ani juga menyoroti jarak antara kehamilan pertama dengan berikutnya. Jika jaraknya kurang dari 3 tahun, hal ini harus dihindari. Kurangnya waktu ibu untuk merawat dan menyusui bayinya dapat menyebabkan risiko keguguran, anemia, cacat bawaan, dan kelahiran prematur.

“Pertumbuhan dan perkembangan bayi juga mungkin kurang optimal karena jarak kelahiran dengan anak sebelumnya terlalu dekat. Ini dapat membagi perhatian dari orangtua kepada anak-anaknya,” terangnya.

Terakhir, Ani mengingatkan bahwa kehamilan terlalu banyak atau terlalu sering sebaiknya dihindari. Kehamilan berulang tanpa jeda yang cukup dapat mengganggu tumbuh kembang anak, karena ibu memiliki kurang waktu untuk merawat dirinya dan anak-anaknya. Daya tahan tubuh ibu juga dapat menurun, meningkatkan risiko penyakit.

“Keluarga juga bisa menjadi kurang harmonis akibat beban ekonomi yang berat, yang sering kali berujung pada pertengkaran dan bahkan perceraian. Gangguan kondisi kesehatan reproduksi pada ibu juga meningkatkan risiko,” tandasnya.

Ani menekankan pentingnya pemahaman tentang kehamilan berisiko ini dalam upaya mencapai keluarga sejahtera.

“Upaya preventif dan penyuluhan yang tepat menjadi kunci untuk mencegah risiko-risiko ini dan memastikan bahwa setiap keluarga dapat menikmati kebahagiaan yang seutuhnya,”tutupnya.