TENGGARONG – Kepala Bidang (Kabid) pendidikan anak usia dini (Paud) dan PNFI Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara (Kukar), Pujianto menyarankan anak-anak yang mengikuti paud tidak perlu dipaksa untuk bisa membaca, menulis, dan berhitung sebelum masuk sekolah dasar (SD).
Menurut Pujianto, cara mengajarkan anak Paud harus dengan bermain, bukan dengan memberikan buku dan menyuruh mereka membaca. Jika dipaksa, anak-anak bisa mengalami trauma dan kejenuhan belajar.
“Anak itu kan maunya bermain disuruh membaca mau gak, nah itu mentalnya yang kena, ketika dipaksa membaca akhirnya si anak berpikir oh membaca itu susah belajar itu ternyata gak enak, kalau si anak sudah merasa belajar itu gak enak pasti trauma dan bosan dia,” ungkap Pujianto saat ditemui di ruangannya, Senin (30/10/2023).
Pujianto menjelaskan bahwa penilaian dalam pembelajaran Paud tidak hanya berdasarkan literasi saja, melainkan juga aspek-aspek lain seperti emosional, kesiapan diri, interaksi sosial, dan elaborasi. Hal ini sesuai dengan kurikulum merdeka yang diterapkan mulai dari Paud sampai kelas 2 SD.
Ia menambahkan bahwa tidak ada SD yang boleh menerapkan tes masuk harus bisa membaca dan menulis. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesenjangan antara anak-anak yang sudah bisa membaca dengan yang belum.
“Seperti dulu masuk SD wajib bisa membaca, menulis dan berhitung. untuk sekarang tidak boleh begitu, dan itulah yang kami sosialisasikan, jadi orang tua tidak perlu memaksa bahwa anak saya harus bisa membaca, tapi kalau bisa baca tidak masalah, asal cara mengajarkannya jangan seperti dulu,” tutupnya.
(Adv)