SAMARINDA – Program inovasi aksi perubahan Cara Pelayanan Jemput Bola (Cap Jempol) Program Pendidikan Non Formal dari Kepala Bidang Pembinaan PAUD dan PNF, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Achmad Junaidi dipilih mewakili Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Jambore Inovasi Kalimantan (JIK) 2023 dan Jambore Inovasi Nusantara (JolNus), yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kaltim bekerja sama dengan Lembaga Administrasi Negara (LAN) di Convention Hall Samarinda dari 28 Agustus hingga 30 Agustus 2023.
Junaidi merupakan peserta finalis Kompetisi Inovasi Pasca Pelatihan Kepemimpinan (Sinopadik) dari Kutai Timur (Kutim). Satu diantara 15 finalis pelatihan kepemimpinan administrasi dari berbagai kabupaten atau kota, se-Kalimantan.
Saat mengunjungi stan finalis sinopadik Akper Cap Jempol Kutim, Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Lembaga Administrasi Negara (LAN) Tri Widodo Wahyu Utomo mengakui jika inovasi Cap Jempol merupakan salah satu inovasi yang paling menarik karena mampu merubah mindset birokrasi kita.
“Dari birokrasi yang selama ini kita yang menunggu masyarakat baru kita layani, tapi kemudian kita ubah, kita yang lebih proaktif mendatangi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan,” imbuhnya.
Diakuinya disamping itu, dengan model kalaborasi sehingga inovasi itu lebih muda dilakukan.
“Karena biasanya perangkat daerah memiliki keterbatasan dan lain sebagainya dan jawaban dari Cap Jempol melakukan inovasi secara kalaboratif dan ini bisa mengatasi berbagai keterbatasan yang ada. Sekali lagi selamat untuk inovasi Cap Jempol muda-mudahan bisa dilakukan secara berkelanjutan dan bisa diaplikasikan di Kabupaten Kota yang lain.”tutupnya.
Kepala Bidang Pembinaan PAUD dan PNF Disdikbud Achmad Junaidi menjelaskan, dengan program inovasi aksi perubahan Cap Jempol Program Pendidikan Non Formal, Layanan Cap Jempol ini merupakan cara pelayanan jemput bola warga belajar satuan Pendidikan Non Formal Kesetaraan Paket A,B dan C untuk membantu masyarakat putus sekolah dengan cara didata atau didaftar, melakukan proses kegiatan pembelajaran, ujian pendidikan kesetaraan dan proses sidik jari ijazah di kelompok belajar Pondok Pesantren, Desa dan Kelurahan oleh para Pamong atau Tutor Kesetaraan SPNF SKB secara gratis tanpa dipungut biaya sebagai wujud sinergitas dengan program pemerintah wajib belajar 12 tahun.
“Berdasarkan fakta di lapangan, anak putus sekolah masih menjadi polemik, terlebih bagi orang tua yang menginginkan anaknya untuk fokus ke Pendidikan Agama di Pondok Pesantren, sehingga bagi pondok Pesantren yang tidak mempunyai kurikulum umum mengakibatkan anak usia sekolah tidak mempunyai ijazah formal dan masuk ke dalam kategori anak putus sekolah,”ujar Achmad Junaidi.
Dengan adanya aksi perubahan ini, maka diharapkan mampu menjadi jembatan untuk memperoleh ljazah formal melalui pendidikan kesetaraan Paket A, B dan C sehingga program pemerintah wajib belajar 12 Tahun dapat terpenuhi. Disisi lain, ia menuturkan jika dalam kegiatan Jambore Inovasi Kalimantan dan Jambore Inovasi Nusantara ini, pihaknya menampilkan berbagai macam capaian tahapan kegiatan program cap jempol, mulai dari tahapan jangka pendek, menengah dan panjang.
“Jadi yang ditampilkan dalam pameran ini adalah seluruh karya kita, selama setahun kita melaksanakan aksi perubahan pelatihan, yang pertama kita menampilkan seluruh rangkaian jemput cap jempol itu sendiri, seperti mulai dari didata, didaftar, ujiannya belajar anak-anak kita hingga penyerahan ijasah. prosesnya itu seluruhnya kita tampilkan dalam bentuk gambar dan vidio,” terangnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga mengaku menampilkan hasil kursus dan pelatihan yang menjadi produk hasil jemput bola olehnya dari desa dan kelurahan, maupun dari kelompok-kelompok UMKM binaan SPNF SKB.
Ia berharap melalui kegiatan jambore ini bisa dijadikan pelajaran dan motivasi untuk lebih baik lagi, tidak hanya sekedar ingin mengejar mendapatkan sertifikat atau pengakuan, namun yang paling terpenting adalah inovasi itu mampu di implementasikan langsung ke masyarakat